Pages

Senin, 13 Oktober 2014

sastra daerah batak



Deskripsi Tentang Sastra Daerah Batak
Batak adalah salah satu  suku etnis bangsa yang terdapat di daerah Sumatera Utara. Suku ini sangat kaya akan tradisi dan adat istiadatnya.  Secara garis besar suku ini mendiami wilayah kabupaten bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang batak dikenal dengan Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan dan terdapat danau besar yang disebut danau Toba. Danau ini merupakan kebanggaan masyarakat batak, karena danau tersebut merupakan sumber penghasilan mereka.
Suku batak terdapat enam jenis, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak  Mandailing, Batak Pakpak, dan Batak Angkola. Masing-masing dari jenis suku batak  tersebut memiliki bahasa dan aksara sendiri.  Dalam percakapan sehari-hari,  orang batak menggunakan empat logat, yakni logat Karo yang dipakai oleh orang Karo, logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak, logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun, dan  logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
 Sastra yang terdapat di daerah Batak secara umumnya bersifat lisan dan jarang ditemukan sastra tulisnya. Seperti yang dituturkan oleh Lesmana (Johnson Pardosi dan Razali Kasim, 2000:2) etnis Batak Toba mengenal sastra lisan dalam bentuk prosa maupun puisi. Namun, masyarakat hanya mengenal satu bentuk genre prosa, yaitu turi-turian. Turi-turian mencakup legenda, saga, dan mite . sedangkan dalam sastra lisan Batak Simalungun mengenal  prosa yaitu, mite, lagenda, kisah binatang (fabel), dan cerita pendek lucu. Sedangkan untuk sastra jenis puisi terdapat umpasa, hutinta, salik, dan umpama.





1.      Prosa
a.       Mite
Mite ini berkaitan dengan keajaiban dan erat hubungannya dengan keperyaan terhadap daewa-dewa dalam masyarakat. Di dalam sastra lisan batak Simalungun terdapat beberapa contoh mite seperti: Tuan Sormaliat, Tuan Rahat di Panei, Putri Ranting Bunga, Begu Ganjang ‘Hantu’, Putri Dayang Bandir, Batu Keramat Marga Sinaga, dan Gana-gana Na manjadi Anakboru.  
b.      Lagenda
Berhubungan dengan asal-usul kejadian suatu tempat yang kebenarannya diraguka, tetapi tidak dilakukan dan hilangkan. Dalam  sastra lisan  batak Simalungun terdapat contoh lagenda seperti: Turi-turian ni Dolok raja, Terjadinya Tambak Situri-turi, Bah Sinuan, dan Terjadinya Kapung Tondang.
c.       Fabel
       Berkisah tentang binatang. Dalam sastra lisan daerah Batak Simalungun terdapat beberapa fabel seperti Buaya dengan Beruk, Kancil dengan Siput, Dua Orang Bersaudara dengan Monyet tunggal, dan Kancil dengan Rusa.
d.      Cerita pendek lucu
        Dalam sastra lisan  daerah Batak Simalungun terdapat cerita pendek lucu yang diantaranya adalah cerita tentang Si Marsingkam, cerita Seorang penyadap Enau, cerita Si Galetang yang Tolol, dan cerita Si Lagamangan.

2.      Puisi

          Sastra lisan daerah Batak mengenal adanya umpasa, hutinta, salik, anian, dan udoan. semua itu termasuk  dalam jenis pantun. Umpasa ini mencakup pantun, syair, dan bidal.  Menurut isi dan pemakaiannya terbagi atas Umpasa ni dakdanak (pantun anak-anak), umpasa ni na maposo (pantun orang muda),  dan umpasa ni na matua ( pantun orang tua).  Sedangkan untuk hutinta dibagi atas hutinta biasa, hutinta umpasa, dan umpasa turi-turian. Salik adalah pantun untuk mengutuk seseorang atau sumpah serapah. Anian adalah sejenis  pantun yang mempunyai ekor. Sedangkan untuk udoan adalah pantun yang bisa dikatakan untuk mengungkapkan suatu penderitaan. Selain dari keliama jenis pantun itu  tadi, di dalam sastra lisan Batak Toba juga mengenal adanya umpama. Umpama ini  dikenal juga kita artikan dengan pepatah. Penyebaran sastra Batak dilakukan melalui lisan, yaitu dari mulut ke mulut.
          Untuk sastra tulis Batak untuk saat ini yang  saya ketahui adalah tentang  naskah pustaha. Naskah ini berisi tentang ilmu kedukunan. Tapi sayang, mulai pada tahun 1852 naskah Pustaha ini telah  dimusnahkan. Selain itu lebih 90% (sekitar 1000-2000) naskah karya sastra asli Batak tersimpan di museum-museum mancanegara ( Simatupang, 2006; Kozok, 2009; kertasari dkk, 2009).  Selain naskah pustaha sastra tulis batak yang lainnya adalah sebuah novel yang berjudul Sitti Djaoerah: Padan Djanji Na Togoe (1927) karya Soetan Hasoendoetan Siregar. Novel ini pertama kali dipublikasikan di surat kabar poestaha. Surat kabar poestaha adalah surat kabar yang  berbahasa Batak yang didirikan tahun 1914 di Padang Sidempuan oleh Sutan Casayangan Soripada Harahap. Bahasa yang paling menonjol dalam karya sastra berbentuk novel tersebut adalah Batak Angkola,tetapi ada juga bahasa Batak Toba.

          Sastra daerah Batak mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan sastra dari daerah lain. Tentu saja hal yang paling menonjol adalah dari segi bahasa. Secara garis besar penyampaian sastra di daerah Batak ini disampaikan melalui lisan. Perkembangan sastra lisan Batak sekarang ini hanya diketahui oleh orang tua, jarang dikenal oleh kalangan anak muda khususnya remaja. Mereka kurang memperdulikan tentang sastra daerahnya. Hal itu disebabkan oleh masuknya pengaruh budaya luar yang menggeser kebudayaan lokal. Hal ini jugalah yang terjadi di daerah lain, para generasi muda lebih cenderung mengikuti perkembangan budaya luar daripada kebudayaan mereka sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Urich H. dkk. 1986. Sastra Lisan Simalungun. Jakarta timur: Pusat Pembinaan dan  Pengembangan bahasa.
http://budiphatees.blogspot.com/2011/06/sastra-berbahasa-batak-dari-kampung.html
http://e-journal.uajy.ac.id/389/2/1MTI01461.pdf
http://jendelasastra. Com/wawasan/artikel/seni-sastra-karo.
http://lesmanaanakfkip.blogspot.com/2013/11/struktur-sastra-lisan-batak-toba.html


















0 komentar:

Posting Komentar